Pengolahan Limbah Cair Industri Tekstil
Pengolahan Limbah dengan WWTP (Wastewater Treatment Plant)
WWTP atau Wastewater Treatment Plant adalah sistem pengolahan limbah cair yang dirancang untuk mengurangi kandungan polutan dalam air limbah industri atau domestik. Proses pengolahan limbah cair industri di WWTP biasanya melibatkan beberapa tahap, seperti pra-pengolahan, pengolahan fisik, kimia, dan biologis, yang bertujuan untuk menghilangkan bahan organik, padatan, dan bahan kimia berbahaya yang terdapat dalam air limbah.
Beberapa manfaat dari sistem WWTP yang diterapkan oleh Grinviro antara lain:
Dengan mengimplementasikan WWTP, Grinviro membantu perusahaan-perusahaan untuk memenuhi standar lingkungan yang ketat dan beroperasi secara lebih ramah lingkungan.
PENDAHULUANDunia sedang dilandan masalah lingkungan yang sangat memprihatinkan. Dimana salah satu dampak yang diberikan adalah menurunnya atau berkurangnya kualitas air bersih karena banyak sumber air atau aliran air yang tercemar oleh limbah, baik itu limbah domestic maupun limbah industry (Rahman, et al., 2018).
Salah satu sumber masalah pencemaran lingkungan yaitu limbah industry yang pembuangannya dan pengolahannya kurang diperhatikan (Rahmat, et al., 2018). Salah satu industry yang cukup berpengaruh dalam pencemaran lingkungan yaitu industry tekstil. Industri tekstil di Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami perkembangan yang sangat pesat, terlebih lagi di Indonesia terkenal dengan beberapa kain khas seperti batik, songket, dan lain sebagainya. Selain kain-kain tradisional, industry tekstil di Indonesia juga sangat marak, setidaknya ada 1.230.988 perusahaan yang menekuni industry tekstil baik itu rumahan maupun yang perusahaan (Febi & Arini, 2021).
Sebagai negara berkembang, Indonesia bergantung pada sektor industri. Industri tekstil merupakan salah satu industri yang bergantung padanya. Selama beroperasinya industri tekstil, pasti akan timbul limbah. Limbah tekstil adalah limbah yang dihasilkan selama operasi kanji, pemisahan pati, pemutihan, pemasakan, alkalizing, pencelupan, pencetakan dan finishing industri tekstil. Bukan rahasia lagi bahwa suatu industri pasti menghasilkan limbah. Sebagian besar limbah ini seringkali dapat menyebabkan kerusakan lingkungan sekitar. Begitu pula dengan industri tekstil. Limbah dari industri tekstil sendiri meliputi limbah cair dan limbah padat.
Air limbah yang muncul karena adanya prosses produksi pada industry tekstil merupakan salah satu limbah yang paling berpolusi jika dibandingkan dengan beberapa sektor industry lainnya seperti cat, kertas, dan farmasi (Guntur & Erina, 2019). Tujuan pengelolaan sampah adalah untuk mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan agar tidak mencemari lingkungan. Limbah padat dan cair perlu untuk dilakukan pemanfaatan kembali guna untuk mengurangi pendapatan limbah. Limbah padat dapat lebih bermanfaat daripada limbah cair karena limbah cair sudah mengandung campuran bahan kimia
A. Limbah Industri TekstilLimbah merupakan sebuah hasil bahan buangan dari hasil produksi yang berupa zat sisa dari proses kegiatan manusia (Amiroh & Arini, 2019). Salah satu faktor yang membuat lingkungan tercemar di berbagai negara adalah adanya limbah yang dihasilkan oleh aktivitas industry. Banyaknya jenis limbah pada masa sekarang, hal ini perlu menjadi konsentrasi para pengusaha, perusahaan, dan penggiat industry untuk mampu memberikan pengolahan limbah yang maksimal dengan cara mendaur ulang sehingga mmpunyai nilai tersendiri (Amiroh & Arini, 2019). Jika dilihat dari sifatnya limbah dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Limbah OrganikLimbah yang dihasilkan dari makhluk hidup dan sifatnya mudah terurai, seperti sisak makanan dan lain sebagainya.
2. Limbah AnorganikLimbah yang sifatnya sulit atau bahkan tidak bisa terurai seperti kaleng, kaca, dan plastic.Sedangkan jika dilihat dari segi bentuknya, limbah dibagi menjadi empat, yaitu:
1. Limbah Gas2. Limbah Padat3. Limbah Cair
Salah satu limbah yang cukup berperan besar dalam tercemarnya lingkungan yaitu limbah dari industry tekstil. Dalam buku "Introduction To Textie Fiber" kata Textile berarti tenun, tenunan, atau ditenun dalam bahasa prancis (Citra & Hasna, 2021). Limbah tekstil sendiri merupakan hasil dari sisa produksi tekstil yang dapat memberikan dampak negative dan mampu di olah lagi dengan daur ulang (Amiroh & Arini, 2019). Industry tekstil selalu ada di setiap negara karena hasil produknya berupa pakaian atau kebutuhan sandang lainnya yang menjadi kebutuhan pokok manusia (Hindrywati, 2020). Pemanfaatan dan pengolahan limbah tekstil penting untuk dilakukan karena limbah tekstil bisa dimanfaatkan hingga bernilai kembali dan limbah industry tekstil juga mampu berpotensi menjadi pencemar utama lingkungan jika tidak diolah (Findia & Arumsari, 2019).
Limbah dari industry tekstil yang cukup berbahaya adalah limbah yang berupa cairan. Limbah cair dari industry tekstil mengandung beberapa zat berbahaya bagi lingkungan salah satunya yaitu pewarna tekstil. Pewarna tekstil yang zat kimianya tersusun dari senyawa turunan benzzenanya yaitu senyawa azo, senyawa ini sangat sulit untuk terurai. Jika senyawa ini terdapat di lingkungan, senyawa azo mampu memnyebabkan kerusakan lingkungan dan bahaya bagi kesehatan seperti kanker dan mutase genetic lainnya. Zat pewarna yang ada dalam limbah cair industry tekstil merupakan zat pewarna sisa yag tidak digunakan dalam produksi tekstil. Zat pewarna tersusun dari gugusan kromogenik yaitu gugusan yang membuat molekul menjadi berwarna. Molekul dari zat pewarna sendiri merupakan campuran dari gugus kromofor dengan zat organic tak jenuh serta gugus auksokrom yang berperan sebagai pengikat warna kepada serat kain. Gugus auksokrom terbagi menjadi dua golongan, yaitu:1. Kelompok AnionSO3H, -OH, -COOH sebagai --O, SO3, dan lain lain2. Kelompok KationNII2, NIIR, j0NR2 sama dengan --NR2Cl.
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Limbah tekstil (garmen) merupakan limbah yang dihasilkan dalam proses pengkanjian, proses penghilangan kanji, penggelantangan, pemasakan, merserisasi, pewarnaan, pencetakan dan proses penyempurnaan. Limbah-limbah yang dihasilkan suatu industri tekstil ini akan dialirkan ke kolam-kolam penampungan dan selanjutnya dibuang ke sungai. Untuk memperoleh kualitas air yang lebih baik sebelum air tersebut dibuang ke perairan, maka suatu industri tekstil harus memenuhi baku mutu air limbah sesuai dengan PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH .
Tabel 1. Permen LH No. 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah Industri Tekstil
Beban pencemaran paling tinggi
Debit Limbah paling tinggi
100m3/ton produk tekstil
Gabungan air limbah pabrik tekstil di Indonesia rata-rata mengandung 750 mg/l padatan tersuspensi dan 500 mg/l BOD. Perbandingan COD : BOD adalah dalam kisaran 1,5 : 1 sampai 3 : 1. Pabrik serat alam menghasilkan beban yang lebih besar. Beban tiap ton produk lebih besar untuk operasi kecil dibandingkan dengan operasi modern yang besar, berkisar dari 25 kg BOD/ton produk sampai 100 kg BOD/ton.
Gambar 1. Limbah Cair Industri tekstil
(Sumber: https://blogs.uajy.ac.id/ivann/2016/08/20/dibalik-warna-indah-kain-batik/)
Sumber Limbah Industri
Limbah dan emisi merupakan non product output dari kegiatan industri tekstil. Khusus industri tekstil yang di dalam proses produksinya mempunyai unit Finishing- Pewarnaan (dyeing) mempunyai potensi sebagai penyebab pencemaran air dengan kandungan amonia yang tinggi. Pihak industri pada umumnya masih melakukan upaya pengelolaan lingkungan dengan melakukan pengolahan limbah (treatment). Dengan membangun instalasi pengolah limbah memerlukan biaya yang tidak sedikit dan selanjutnya pihak industri juga harus mengeluarkan biaya operasional agar buangan dapat memenuhi baku mutu.
Air limbah yang dibuang begitu saja ke lingkungan menyebabkan pencemaran, antara lain menyebabkan polusi sumber-sumber air seperti sungai, danau, sumber mata air, dan sumur. Limbah cair mendapat perhatian yang lebih serius dibandingkan bentuk limbah yang lain karena limbah cair dapat menimbulkan pencemaran lingkungan dalam bentuk pencemaran fisik, pencemaran kimia, pencemaran biologis dan pencemaran radioaktif.
Limbah tekstil merupakan limbah cair dominan yang dihasilkan industri tekstil karena terjadi proses pemberian warna (dyeing) yang di samping memerlukan bahan kimia juga memerlukan air sebagai media pelarut. Industri tekstil merupakan suatu industri yang bergerak dibidang garmen dengan mengolah kapas atau serat sintetik menjadi kain melalui tahapan proses : Spinning (Pemintalan) dan Weaving (Penenunan).Limbah industri tekstil tergolong limbah cair dari proses pewarnaan yang merupakan senyawa kimia sintetis, mempunyai kekuatan pencemar yang kuat. Bahan pewarna tersebut telah terbukti mampu mencemari lingkungan. Zat warna tekstil merupakan semua zat warna yang mempunyai kemampuan untuk diserap oleh serat tekstil dan mudah dihilangkan warna (kromofor) dan gugus yang dapat mengadakan ikatan dengan serat tekstil (auksokrom).
Karakteristik Air Limbah Industri Tekstil:
Karakteristik air limbah dapat dibagi menjadi tiga yaitu:
1. Karakteristik Fisika
Karakteristik fisika ini terdiri daribeberapa parameter, diantaranya :
a. Total Solid (TS): Merupakan padatan didalam air yang terdiri dari bahan organik maupunanorganik yang larut, mengendap,atau tersuspensi dalam air.
b. Total Suspended Solid (TSS): Merupakan jumlah berat dalam mg/l kering lumpur yang ada didalam airlimbah setelah mengalamipenyaringan dengan membran berukuran 0,45 mikron.
c. Warna.: Pada dasarnya air bersih tidak berwarna, tetapi seiring dengan waktu dan menigkatnya kondisi anaerob, warna limbah berubah dari yang abu–abu menjadi kehitaman.
d. Kekeruhan: Kekeuhan disebabkan oleh zat padat tersuspensi, baik yang bersifat organik maupun anorganik.
e. Temperatur: Merupakan parameter yang sangat penting dikarenakan efeknya terhadap reaksi kimia, laju reaksi, kehidupan organisme air dan penggunaan air untuk berbagai aktivitas sehari – hari.
f. Bau: Disebabkan oleh udara yang dihasilkan pada proses dekomposisi materi atau penambahan substansi pada limbah. Pengendalian bau sangat penting karena terkait dengan masalah estetika.
2. Karateristik Kimia
a. Biological Oxygen Demand (BOD)
Menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk menguraikan atau mengoksidasi bahan–bahan buangan di dalam air
b. Chemical Oxygen Demand (COD)
Merupakan jumlah kebutuhan oksigen dalam air untuk proses reaksi secara kimia guna menguraikan unsur pencemar yang ada. COD dinyatakan dalam ppm (part per milion) atau ml O2/ liter.(Alaerts dan Santika, 1984).
c. Dissolved Oxygen (DO)
adalah kadar oksigen terlarut yang dibutuhkan untuk respirasi aerob mikroorganisme. DO di dalam air sangat tergantung pada temperature dan salinitas.
Ammonia adalah penyebab iritasi dan korosi, meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme dan mengganggu proses desinfeksi dengan chlor (Soemirat, 1994). Ammonia terdapat dalam larutan dan dapat berupa senyawa ion ammonium atau ammonia.tergantung pada pH larutan.
Sulfat direduksi menjadi sulfida dalam sludge digester dan dapat mengganggu proses pengolahan limbah secara biologi jika konsentrasinya melebihi 200 mg/L. Gas H2S bersifat korosif terhadap pipa dan dapat merusak mesin.
Fenol mudah masuk lewat kulit.Keracunan kronis menimbulkan gejala gastero intestinal, sulit menelan, dan hipersalivasi, kerusakan ginjal dan hati, serta dapat menimbulkan kematian).
g. Derajat keasaman (pH)
pH dapat mempengaruhi kehidupan biologi dalam air. Bila terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat mematikan kehidupan mikroorganisme.Phnormal untuk kehidupan air adalah 6–8.
Logam berat bila konsentrasinya berlebih dapat bersifat toksik sehingga diperlukan pengukuran dan pengolahan limbah yang mengandung logam berat.
Logam berat dapat masuk ke dalam tubuh manusia yang dalam skala tertentu membantu kinerja metabolisme tubuh dan mempunyai potensi racun jika memiliki konsentrasi yang terlalu tinggi. Berdasarkan sifat racunnya logam berat dapat dibagi menjadi 3 golongan :
1. Sangat beracun, dapat mengakibatkan kematian atau gangguan kesehatan yang tidak pulih dalam jangka waktu singkat, logam tersebut antara lain : Pb,Hg, Cd, Cr, As, Sb, Ti dan U.
2. Moderat, mengakibatkan gangguan kesehatan baik yang dapat pulih maupun yang tidak dapat pulih dalam jangka waktu yang relatif lama, logam tersebut antara lain : Ba, Be, Au, Li, Mn, Sc, Te, Va, Co dan Rb.
3. Kurang beracun, namun dalam jumlah yang besar logam ini dapat menimbulkan gangguan kesehatan antara lain :Bi, Fe, Mg, Ni, Ag, Ti dan Zn .
3. Karakteristik Biologi
Karakteristik biologi digunakan untuk mengukur kualitas air terutama air yang dikonsumsi sebagai air minum dan air bersih. Parameter yang biasa digunakan adalah banyaknya mikroorganisme yang terkandung dalam air limbah.
Penentuan kualitas biologi ditentukan oleh kehadiran mikroorganisme terlarut dalam air seperti kandungan bakteri, algae, cacing, serta plankton. Penentuan kualitas mikroorganisme dilatarbelakangi dasar pemikiran bahwa air tersebut tidak akan membahayakan kesehatan. Dalam konteks ini maka penentuan kualitas biologi air didasarkan pada analisis kehadiran mikroorganisme indikator pencemaran.
Di sekitar pabrik pada umumya sungai digunakan untuk tempat pembuangan limbah, tanpa instalasi pengolahan limbah terlebih dahulu. Dalam kegiatan industri, air yang telah digunakan (air limbah industri) tidak boleh langsung dibuang ke lingkungan, tetapi air limbah industri harus mengalami proses pengolahan sehingga dapat digunakan lagi atau dibuang ke lingkungan tanpa menyebabkan pencemaran. Dengan pengolahan tersebut limbah tekstil yang dibuang ke sungai di duga dapat mengurangi bahan pencemar.
Larutan penghilang kanji biasanya langsung dibuang dan ini mengandung zat kimia pengkanji dan penghilang kanji pati, PVA, CMC, enzim, asam. Penghilangan kanji biasanya memberi kan BOD paling banyak dibanding dengan proses-proses lain. Pemasakan dan merserisasi kapas serta pemucatan semua kain adalah sumber limbah cair yang penting, yang menghasilkan asam, basa, COD, BOD, padatan tersuspensi dan zat-zat kimia. Proses-proses ini menghasilkan limbah cair dengan volume besar, pH yang sangat bervariasi dan beban pencemaran yang tergantung pada proses dan zat kimia yang digunakan. Pewarnaan dan pembilasan menghasilkan air limbah yang berwarna dengan COD tinggi dan bahan-bahan lain dari zat warna yang dipakai, seperti fenol dan logam.DiIndonesia zat warna berdasar logam (krom) tidak banyak dipakai. Proses pencetakan menghasilkan limbah yang lebih sedikit daripada pewarnaan.
PT Sumber Aneka Karya Abadi sebagai salah satu distributor alat laboratorium menyediakan alat-alat untuk mengukur parameter yang dibutuhkan Industri Tekstil dalam pengontrolan limbah cairnya.
Karena karakteristik limbah cair industri tekstil yang beragam seperti mengandung senyawa organik, sulfida dan logam berat, maka diperlukan elektroda yang memiliki performance tinggi di segala macam sampel seperti Thermo Scientific Orion 8172BNWP. Sedangkan untuk meter pengukur pH dapat digunakan Thermo Scientific Orion “VERSA STAR VSTAR90” Multiparameter Benchtop Meter.
BOD Sensor System 6 dari VELP atau BOD Trak II dari HACH dapat digunakan untuk mengukur nilai BOD berdasarkan metode manometrik.
Gambar 4. BOD Sensor System 6 Velp
Gambar 5. BODTrak II Apparatus
3. COD, Fenol Total, Amonia Total, Krom Total dan Sulfida
Hach DRB200 dapat digunakan sebagai reaktor untuk membantu analisa COD pada limbah industri tekstil. Untuk reaktor DRB200 ini tersedia single block maupun dual block. Kemudian untuk mengukur nilai COD beserta Fenol Total, Krom Total, Amonia Total dan Sulfida dapat digunakan spektrofotometer HACH (DR1900, DR3900 atau DR6000).
Gambar 6. DRB200 Single Block
Gambar 7. DRB200 Dual Block
Gambar 8. DR1900 Portable SPectrophotometer
Gambar 9. DR3900 Laboratory Vis Spectrophotometer
Gambar 10. DR6000 UV-VIS Spectrophotometer
Dwioktavia., 2011, Pengolahan Limbah Industri Tekstil. https://dwioktavia.wordpress.com/2011/04/14/pengolahan-limbah-industri-tekstil/.
Habibi, Islam. 2012. TINJAUAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEKSTIL PT. SUKUN TEKSTIL KUDUS. SKRIPSI. Universitas Negeri Yogyakarta.
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH .
http://www.in.dirtwave.com/inggris-tertarik-pada-usaha-baru-dalam-industri-tekstil-dan-garmen/
%PDF-1.5 %µµµµ 1 0 obj <>>> endobj 2 0 obj <> endobj 3 0 obj <>/ProcSet[/PDF/Text/ImageB/ImageC/ImageI] >>/MediaBox[ 0 0 595.32 841.92] /Contents 4 0 R/Group<>/Tabs/S/StructParents 0>> endobj 4 0 obj <> stream xœ�[ë�Û¸ÿ ÿƒ>Ú‡µV$E=ŠÃyõn{¹KÚ.ÐÉ}Ю��Î^Ûµä¢é_ß™á[eß!ÀÆ–†ÃáÌð7Ò·¯N}û¥yì“ï¿¿}Õ÷Íã×Í:ùt{8þv{ÿí¸¹ýØ<µû¦oû~H^¿}“¼¾ùâö¯,a2‹äþËË,Éà<©dšIYgiQ%÷Ï/_dÉþùñå‹O‹�Ë_löO‡åJ,vÍ×f�’÷K¹hŸ–+ÆÍ×dù[rÿ·—/ÞÁ$8‘a-¸HKæ³þ´x£|DÛÄhó,•Ú6J›§µiO1ZÉÒ¢i£k“2e¾wûõrU,ÎK±èúåJ.NmlxÎÄH,Ÿöß`�4Ë—É*Kg"Od-Ó/Wùü1_¤iìODû’•iY|YŒ|8ç韶SâÌRÔµÕ{^Öu5Tý@Ù¢Ž):¹ýˆ*þåÍÝÛ$6¼Hw{V³¤”eʦünÄ�üò€ \¦e®Y~|‡0ñë�ø÷â= _¼Z2 \q9¼ÇÝ’,WåâýÝ/¯�$WϲÏ߸‡wøý±í”Õi!Bf—ŇËâSþ]ÔEZ_ÅOLx¯aR ØšÄ,�Oî+b¾YV°„Á(ƒmRoÀ§Åý»ŸýðþÃ�ˆÞwÑ�Ç]$¼‡Àx,ãUh¼ mÀÑ0¬TEs$ÚnúÙO`³šl¦ÜQ€ˆMÈ!?˜VÉùŒ’‹:W1‘óÄðx—�R6èËýž–ÅÂÄCðíƾ€å3É»v NûŒNü€� ÿê½€ïÄíÔŸ?ŠÁŸÃÙ|ïÏF¶ø8gŠåƼ#ýi‰!˜¤Ùbp–MLÏÚÓR¦k%ÎÛº§¡„J�XȪÉ\¾fV1Z@Mˆ¤-.›¦÷frKî70»s·¬Gµ>MÑ�>yÔý�Ár涾[ê~IHÂK;CcøŸƒÞ€£kÂç¥XíqjÚmƒŽ`¤æ…Õ-ªÍHNrz‚ ��´�j1D@ÃÛühcæ:5kåð�Þïp ½¾¡Y…óú@ÚQ¼ŸíHpXд¨Û^m
Kegiatan industri dalam menghasilkan suatu barang dan atau jasa memberikan berbagai dampak positif dalam kegiatan perekonomian di Indonesia. Namun dari setiap kegiatan produksi yang dilakukan oleh industri tentu menghasilkan dampak negatif juga yakni limbah sebagai hasil sampingan dari kegiatan industri tersebut. Limbah yang disebut juga polutan adalah bagian yang tidak terlepaskan dari suatu industri, baik industri besar maupun industri kecil. Efek dari limbah yang dihasilkan itu tentu bisa mengganggu keseimbangan lingkungan. Salah satu limbah yang dihasilkan suatu industri dapat berupa limbah cair. Limbah cair merupakan sisa dari suatu usaha dan/atau kegiatan yang berwujud cair. Limbah cair atau polutan yang dihasilkan oleh suatu industri harus diolah dengan baik agar tidak melewati batas baku mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Pengolahan limbah cair adalah menjaga air yang keluar tetap bersih dengan menghilangkan polutan yang ada dalam air limbah tersebut, atau dengan menguraikan polutan yang ada didalam air limbah sehingga hilang sifat-sifat dari polutan tersebut. Sebelum melakukan perencanaan dan pelaksanaan pengolahan limbah cair, industri harus memahami manajemen pengelolaan limbah seperti menetapkan kebijakan dan prosedur pengelolaan dan pengolahan limbah, kebijakan untuk minimasi limbah sebelum menghasilkan dan mengolah limbah, menetapkan personil yang bertanggung jawab terhadap penerapan prosedur pengelolaan dan pengolahan limbah serta melakukan evaluasi penerapan prosedur pengelolaan dan pengolahan limbah. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengolahan limbah meliputi
Ada beberapa cara pengolahan limbah cair yang dapat dilakukan di industri yaitu:
Sebelum membuang limbah cair ke badan air, sebaiknya industri harus memastikan bahwa limbah cair yang dibuang telah aman bagi lingkungan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara pengambilan sampel limbah cair yang dilakukan di titik outlet pengolahan limbah cair yaitu titik setelah pengolahan limbah cair selesai dilakukan namun sebelum dibuang ke badan air. Pengujian sampel tersebut bisa dilakukan di laboratorium internal maupun laboratorium eksternal yang telah terakreditasi. Hasil pengujian yang dikeluarkan sebaiknya dibandingkan dengan baku mutu sesuai peraturan perundangan lingkungan hidup yang dikeluarkan oleh pemerintah dan yang masih berlaku. Baku mutu dapat didefinisikan sebagai ukuran batas atau kadar unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam limbah cair yang akan dibuang atau dilepas ke dalam media air dari suatu usaha dan/atau kegiatan.
Adapun peraturan yang mengatur baku mutu air limbah yang berlaku saat ini secara nasional adalah Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang baku mutu air limbah. Peraturan ini mengatur baku mutu air limbah untuk industri pelapisan logam, industri galvanis, industri minyak goreng, industri monosodium glutamate, industri inosin monofosfat, industri pengolahan kopi, industri elektronika, industri pengolahan susu, industri pengolahan buah-buiahan dan/atau sayuran, industri pengolahan hasil perikanan, industri hasil pengolahan rumput laut, industri pengolahan kelapa, industri pengolahan daging, industri pengolahan kedelai, industri pengolahan obat tradisional atau jamu, industri peternakan sapi dan babi, industri petrokimia hulu, industri gula, industri gula rafinasi, industri cerutu, proses primer basah dalam industri rokok dan/atau cerutu, proses primer kering dalam industri rokok dan/atau cerutu, proses sekunder dalam industri rokok dan/atau cerutu , dan industri oleokimia dasar. Baku mutu limbah cair bagi industri diatas ditetapkan berdasarkan kemampuan teknologi pengolahan air limbah yang umum digunakan atau berdasarkan daya tampung lingkungan di wilayah industri tersebut untuk memperoleh konsentrasi atau beban pencemaran yang paling tinggi. Baku mutu untuk tiap industri tentu berbeda untuk setiap parameter dan persyaratannya. Sebagaimana bisa dilihat di Tabel 1 untuk baku mutu industri pelapisan logam dan galvanis, pada Tabel 2 untuk baku mutu industri Penyamakan Kulit, dan Tabel 3 untuk baku mutu minyak sawit dibawah ini.
TABEL 1. BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI INDUSTRI PELAPISAN LOGAM DAN GALVANIS
TABEL 2. BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT
TABEL 3. BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI INDUSTRI MINYAK SAWIT
Namun demikian, ada beberapa permasalahan dalam mengolah air limbah di industri yang harus diperhatikan, yaitu:
Secara ekonomis, industri akan lebih mudah untuk melakukan pengolahan air limbah yang dilakukan secara terpisah daripada yang telah tercampur dengan sumber air limbah lain. Industri diharapkan sedapat mungkin memisahkan limbah cair yang dihasilkan dari kegiatan produksi dari limbah cair domestik ataupun dari air hujan. Dengan demikian pelaksanaan pengolahan air limbah industri dapat dilakukan dengan optimal, air limbah yang telah diolah dapat dialirkan ke badan air dan tidak memberi dampak buruk pada lingkungan sekitar.
Affam, A. C., & Chaudhuri, M. (2013). Degradation of pesticides chlorpyrifos, cypermethrin and chlorothalonil in aqueous solution by TiO2 photocatalysis. J Environ Manage, 130(0), 160-165, doi:http://dx.doi.org/10.1016/j.jenvman.2013.08.058.
Andreozzi, R., Caprio, V., Insola, A., & Marotta, R. (1999). Advanced oxidation processes (AOP) for water purification and recovery. Catalysis Today, 53(1), 51-59, doi:http://dx.doi.org/10.1016/S0920-5861(99)00102-9.
Beulah, S. S., & Muthukumaran, K. (2020). Methodologies of Removal of Dyes from Wastewater: A Review. International Research Journal of Pure and Applied Chemistry, 68-78.
Cheremisinoff, N. P. (2001). Handbook of water and wastewater treatment technologies: Butterworth-Heinemann.
Clark, R. M., Hakim, S., & Ostfeld, A. (2011). Handbook of water and wastewater systems protection (Vol. 2): Springer.
Kristijarti, A. P., Suharto, I., & Marieanna, M. (2013). Penentuan Jenis Koagulan dan Dosis Optimum untuk Meningkatkan Efisiensi Sedimentasi dalam Instalasi Pengolahan Air Limbah Pabrik Jamu X. Research Report-Engineering Science, 2.
Ladhe, A. R., & Krishna Kumar, N. S. (2010). Application of Membrane Technology in Vegetable Oil Processing. 63-78, doi:10.1016/b978-1-85617-632-3.00005-7.
Martini, S., Afroze, S., & Roni, K. A. (2020). Modified eucalyptus bark as a sorbent for simultaneous removal of COD, oil, and Cr (III) from industrial wastewater. Alexandria Engineering Journal.
Martini, S., Ang, H. M., & Znad, H. (2017). Integrated ultrafiltration membrane unit for efficient petroleum refinery effluent treatment. Clean Soil Air Water, 45(2), 1-9, doi:10.1002/Clen.201600342.
Martini, S., Znad, H. T., & Ang, H. M. (2014). Photo-assisted fenton process for the treatment of canola oil effluent. Chemeca 2014: Processing excellence; Powering our future, 1519.
Spellman, F. R. (2013). Handbook of water and wastewater treatment plant operations: CRC press.
Sridhar, S., Kale, A., & Khan, A. A. (2002). Reverse osmosis of edible vegetable oil industry effluent. Journal of Membrane Science, 205(1–2), 83-90, doi:http://dx.doi.org/10.1016/S0376-7388(02)00065-0.
Wahi, R., Chuah, L. A., Choong, T. S. Y., Ngaini, Z., & Nourouzi, M. M. (2013). Oil removal from aqueous state by natural fibrous sorbent: an overview. Separation and Purification Technology, 113, 51-63.
Pemanfaatan Limbah Industri Tekstil
Teknologi pengolahan limbah telah menjadi topik yang semakin penting di era modern ini. Seiring dengan pertumbuhan populasi dan perkembangan industri, limbah hasil industri semakin meningkat dan dapat menjadi ancaman serius terhadap lingkungan dan kesehatan manusia.
Namun, dengan adanya inovasi, solusi yang efektif dapat kita temukan. Pada artikel ini, kita akan mempelajari pengolahan limbah cair industri yang dapat memberikan kontribusi positif dalam mengatasi masalah limbah yang semakin parah.
Teknologi Pengolahan Limbah
Industri memiliki beberapa teknologi pengolahan limbah cair, dan di antaranya adalah sebagai berikut:
Zero Liquid Discharge (ZLD)
Zero Liquid Discharge (ZLD) adalah pendekatan pengolahan limbah yang bertujuan untuk mengurangi limbah cair hingga titik di mana tidak ada cairan yang terbuang ke lingkungan. Dalam sistem ZLD, semua air limbah yang dihasilkan dalam proses industri diproses, dikondensasi, dan didaur ulang kembali untuk digunakan dalam proses industri atau menjadi air yang aman untuk dibuang tanpa mencemari lingkungan. Dengan menggunakan ZLD, industri dapat mencapai pengolahan limbah yang lebih ramah lingkungan, menghemat air, dan mengurangi dampak terhadap sumber daya alam.
Beberapa keuntungan dari penerapan ZLD oleh Grinviro adalah:
Sistem ZLD yang diterapkan oleh Grinviro mendukung keberlanjutan perusahaan-perusahaan industri dalam mengelola limbah cair mereka, memungkinkan mereka untuk beroperasi dengan lebih efisien dan lebih ramah lingkungan.
Pengolahan limbah ramah lingkungan merupakan bagian integral dalam menjaga kebersihan lingkungan dan keberlanjutan sumber daya alam. Teknologi pengolahan limbah yang diterapkan oleh Grinviro, seperti STP Membrane Bio Reactor (MBR), WWTP, WTP, dan Zero Liquid Discharge (ZLD), memberikan solusi inovatif yang membantu industri untuk mengelola limbah dengan cara yang lebih efisien dan ramah lingkungan
Hubungi tim kami untuk konsultasi lebih lanjut terkait pengolahan limbah industri
WhatsApp: +62823-4811-4479
Industri tekstil merupakan salah satu industri utama di Indonesia, industri ini salah satu industri yang menggunakan energi secara intensif. Umumnya 70% menggunakan energi listrik, 20% gas, 5% batubara dan 5% minyak bumi.
Secara garis besar, industri tekstil Indonesia dibagi menjadi tiga kelompok industri dari hulu ke hilir, industri hulu meliputi pemintalan (spinning) yang menghasilkan serat alami dan buatan menjadi benang. Kemudian klaster industri sentra meliputi proses benang ulir menjadi lebaran kain mentah (grey fabric). Terakhir, industri hilir yaitu industri manufaktur pakaian jadi (garmen).
Teknologi Terbaru dalam Pengolahan Limbah
Seiring dengan perkembangan teknologi, pengolahan limbah kini semakin efisien, ramah lingkungan, dan berkelanjutan. Beberapa teknologi terbaru yang banyak diterapkan dalam pengolahan limbah, baik cair maupun padat, antara lain:
Menghasilkan Energi atau Produk Baru
Dalam beberapa kasus, pengolahan limbah dapat menghasilkan energi atau bahan baru, seperti biogas, kompos, atau bahan bakar alternatif.
Dengan pengolahan limbah yang tepat, dampak negatif terhadap lingkungan dapat diminimalkan, dan limbah yang sebelumnya dianggap sebagai masalah bisa diubah menjadi sumber daya yang bermanfaat.
Mengurangi Dampak Negatif Terhadap Lingkungan
Pengolahan limbah dapat mengurangi polusi udara, tanah, dan air yang disebabkan oleh limbah yang tidak dikelola dengan baik.
Pengolahan Limbah Secara Kimia
Teknologi pengolahan limbah yang secara kimia melibatkan penambahan bahan kimia tertentu untuk mengendapkan, memisahkan, atau menghilangkan zat-zat pengotor dalam limbah cair. Proses ini meliputi metode seperti:
Metode yang melibatkan penambahan bahan kimia yang disebut koagulan ke dalam limbah cair. Koagulan ini berfungsi untuk membentuk endapan yang dapat mengikat dan mengendapkan partikel-partikel pengotor dalam limbah.
Proses ini memungkinkan partikel-partikel tersebut untuk menggumpal menjadi ukuran yang lebih besar, sehingga lebih mudah dihilangkan dari limbah cair. Contoh bahan kimia dalam koagulasi adalah sulfat aluminium, klorida ferrous, atau polielektrolit.
Metode ini melibatkan penggunaan bahan kimia yang memiliki kemampuan oksidasi, seperti hidrogen peroksida, ozon, atau persulfat. Bahan kimia ini bisa untuk mengoksidasi zat pencemar dalam limbah cair, lalu mengubahnya menjadi bentuk yang lebih mudah untuk diolah.
Proses oksidasi dapat menghancurkan senyawa-senyawa organik yang sulit terurai secara alami dan mengubahnya menjadi senyawa yang lebih sederhana dan tidak berbahaya.
Metode yang melibatkan penggunaan resin penukar ion yang mampu menukar ion dalam limbah cair dengan ion yang terdapat pada resin. Penukar ion ini untuk memisahkan ion-ion tertentu dari limbah cair berdasarkan selektivitas resins.
Proses ini terjadi saat ion pengotor dalam limbah cair berinteraksi dengan resin dan menggantikan ion lain yang terdapat pada resin, sehingga zat pencemar dapat kita pisahkan dari limbah cair.
Metode yang melibatkan penggunaan bahan kimia atau enzim untuk menguraikan senyawa kompleks dalam limbah cair menjadi senyawa yang lebih sederhana. Proses ini memecah senyawa organik kompleks menjadi molekul-molekul yang lebih kecil, yang lebih mudah kita olah dan pisahkan dari limbah.
Metode degradasi dapat melibatkan proses kimia seperti hidrolisis atau menggunakan enzim-enzim spesifik yang mampu memecah senyawa-senyawa kompleks menjadi molekul-molekul yang lebih sederhana.
Metode yang melibatkan penggunaan ozon (O3) untuk mengoksidasi dan menghilangkan zat pencemar dalam limbah cair. Ozon adalah bentuk alotropi dari oksigen yang sangat reaktif dan dapat memecah senyawa-senyawa organik kompleks.
Proses ozonisasi dapat menghilangkan bau tidak sedap, zat warna, dan senyawa organik yang sulit terurai dalam limbah cair. Ozon juga dapat membunuh mikroorganisme.
Pengolahan Limbah Secara Fisik
Pengolahan limbah secara fisik ini dengan pemisahan material pengotor yang terlihat secara kasat mata dan memiliki ukuran yang relatif besar menggunakan metode penyaringan atau perlakuan fisik lainnya. Proses ini melibatkan tahapan seperti:
Proses di mana partikel-padat yang lebih berat dalam limbah cair akan mengendap ke dasar tangki atau wadah. Dalam tahapan ini, limbah cair dibiarkan diam selama periode waktu tertentu, sehingga partikel-partikel padat dapat terpisah dari cairannya. Hasilnya adalah air yang lebih jernih yang dapat kita ambil dari permukaan.
Metode di mana partikel-padat yang lebih ringan daripada air akan melayang ke permukaan limbah cair. Dalam proses ini, udara atau bahan kimia tambahan diperkenalkan ke dalam limbah cair untuk membentuk gelembung-gelembung kecil yang menempel pada partikel pengotor.
Gelembung-gelembung ini kemudian mendorong partikel-partikel tersebut ke atas, sehingga dapat berkumpul dan kita buang dari permukaan limbah.
Metode yang melibatkan penggunaan bahan adsorben yang dapat menyerap zat pencemar dari limbah cair. Bahan adsorben tersebut biasanya berupa karbon aktif, zeolit, atau resin khusus.
Ketika limbah cair melewati media adsorben, zat pencemar menempel pada permukaannya, sehingga air yang keluar dari proses ini menjadi lebih bersih dan bebas dari zat-zat yang tidak diinginkan.
Metode memisahkan padatan kasar dan material kasat mata lainnya dari limbah cair. Metode ini melibatkan penggunaan media penyaring seperti kawat berlubang.
Kain kasa atau saringan dapat menahan partikel-partikel kotoran berukuran besar secara sementara, sehingga memungkinkan air untuk melewatinya saringan tersebut. Dengan demikian, material-material yang lebih besar dapat kita pisahkan secara efisien.
Solusi Pengelolaan Limbah dengan Wastec International
PT Wastec International melayani pengelolaan limbah B3 dari berbagai industri dan menyediakan jasa pengangkutan, pengumpulan, sampai dengan pengolahan untuk berbagai limbah B3 medis dan industri mulai dari fase solid, liquid, dan sludge.
Berpengalaman selama 20 tahun dalam bidang jasa pengelolaan limbah B3 di Indonesia dan telah melayani ribuan perusahaan multinasional, korporasi, pemerintahan, hingga layanan kesehatan. Didukung dengan fasilitas pengolahan limbah yang lengkap dan tenaga ahli yang berkompeten, PT Wastec International membantu mewujudkan Indonesia yang asri dan sehat.